Rabu, 16 November 2011

Iva Tewas Lindungi Bayinya Dari Kobaran Api


TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - 
Usia Nia Rahmatullailiyah baru dua bulan, namun ia harus menerima kenyataan pahit ditinggal ibunya, Iva Kurniawati (25) untuk selama-lamanya.
Nia merupakan bayi yang selamat dari kobaran api di Jl Raya Lontar 60, Selasa (15/11/2011) lalu. Saat itu, Nia didekap ibunya, Iva Kurniawati dan neneknya, Uripah di dalam kamar mandi hingga api berhenti berkobar. Beberapa saat setelah api padam, nyawa Iva akhirnya tak dapat diselamatkan.
Sulimah, wanita yang kini merawat Nia mengatakan kondisi Iva lemah sebelum kebakaran ini. Bahkan Iva juga pernah mengalami sesak nafas. “Waktu di rumah sakit dia (Iva) gak muntah-muntah,” katanya.
Apa yang dialami Nia, rupanya berbeda dengan yang terjadi dengan Hadi Kurniawan (26), ayahnya. Kini, Hadi terlihat seperti orang bingung. Tatapan mata Kurniawan kosong dan sering melihat ke arah bawah. “Saya tidak tahu, saya sudah lupa dengan apa yang terjadi kemarin,” kata Hadi Kurniawan lirih.
Sementara itu, adik Kurniawan, Akhmad Choirudin mengatakan akibat kebakaran itu seluruh barang dan bajunya ludes terbakar. Bahkan foto Iva dan keluarganya, juga tak ditemukan. “Semuanya habis. Saya gak tahu kalau di kamera handphone kakak saya ada,” kata Akhmad.
Meski begitu rasa sedih siswa kelas II Instalansi Tenaga Listrik, SMK II Surabaya ini sedikit terhibur. Perwakilan dari tempat sekolah Choirudin datang mengunjunginya. Saat itu mereka memberi Choirudin baju dan keperluan sekolah.
Terpisah, Kapolsek Lakasantri Kompol Kuncoro menjelaskan hingga saat ini baru empat warga yang sudah diperiksa terkait kebakaran itu. Sedangkan, saksi dari korban belum diperiksa. “Mereka masih dalam kondisi berduka,” kata Kuncoro di Mapolsek Lakasantri.

Mengapa Perempuan Modern Inggris Memilih Islam?



TEMPO Interaktif, Ipar tiri Tony Blair, Lauren Booth, ternyata tak sendirian memilih Islam sebagai agama barunya usai melawat ke kota suci Qom, Iran. Pilihan iman jurnalis dan penyiar televisi Iran itu rupanya juga diikuti sejumlah perempuan modern Inggris lainnya.



Eve Ahmed, perempuan yang berkarir sebagai penulis termasuk di antaranya. Eve dilahirkan di London, ibunya orang Inggris sementara ayahnya Muslim asal Pakistan. Sedari kecil, ia tumbuh sesuai dengan iman ayahnya. Namun sesungguhnya dia tak bisa terima. "Ketika berusia 18 tahun dan kuliah, saya menolaknya."


Islam, sejauh ini, selalu ditolak Eve. Menurut pengakuannya, banyak hal yang remeh temeh dilarang oleh Islam. Misalnya, tak boleh mengunyah permen karet, mengendarai sepeda, berhias, mempertontonkan lekuk tubuh, tak boleh makan di jalan, memotong rambut atau mengecat kukuh. 
Semua larangan itu tak pernah dijelaskan oleh ayah Eve, termasuk mengapa tak boleh memelihara anjing. Dan, tentu saja, duduk bersama pria, bersalaman, serta berhubungan badan dengan seorang pria yang bukan muhrimnya.
Nilai-nilai Islam semacam itu dipaksakan ayahnya agar bisa mejadi seorang Muslimah yang baik. Sebagai perempuan merdeka yang dibesarkan di Inggris, sikap ayahnya ditolak keras. Dia memilih layaknya perempuan modern. Namun, kini nilai-nilai Islam yang diajarkan ayahnya dinikmati di tengah kehidupan modern Inggris.

Selain Eve, ada Lauren Booth, 43 tahun. Jurnalis dan penyiar televisi itu setelah menjadi Mualaf kini mengenakan jilbab setiap keluar rumah, salat lima kali sehari dan berjamaah di Masjid setempat, "Jika ada kesempatan."

Booth memutuskan menjadi Muslimah enam pekan lalu usai melawat ke tempat suci Fatima al-Masumeh di kota Qom seraya berkata "Pada Selasa petang, saya duduk bersila di bawah seperti mendapatkan suntikan rokhani, sebuah kebahagiaan tak terhingga."

Sebelum bekerja di Iran, dia simpati dengan Islam dan menghabiskan waktunya bekerja di Palestina. "Saya senantiasa terkesan dengan kekuatan dan Islam memberikan sesuatu," ujarnya.

Kristane Backer, 43 tahun, adalah mantan presenter MTV di London. Sejak belia, pilihan hidupnya adalah menjadi perempuan bebas, bergaya hidup Barat, modern, dan liberal. Namun, apa alasannya memilih Islam?

Perkenalannya terhadap Islam bermula saat bertemu dengan bekas pemain criket Pakistan, Muslim Imran Khan, pada 1992, di kala kariernya meroket, selanjutnya pria itu mengajaknya ke Pakistan. Dari sinilah dia mulai tersentuh dengan nilai-nilai spiritual yang tak pernah dikenyam dan terkesan dengan kehangatan masyarakat.

Kristiane katakan, "Sejak itu saya mulai belajar Islam dan pindah agama. Sebabnya alami. Saya telah wawancara dengan sejumlah bintang-bintang Rock, melakukan perjalanan ke seluruh dunia namun demikian saya merasa kosong. Kini, semua telah berlalu. Saya menikmati kebahagiaan sebab Islam telah memberikan tujuan hidupku."

"Di Barat, kami hidup dengan alasan-alasan dangkal seperti soal pakaian. Di Islam, setiap orang nampak memiliki tujuan yang agung. Setiap hal dilakukan atas nama Allah.

"Saya tumbuh di Jerman dalam sebuah keluarga Protestan yang tidak religius. Saya mabuk dan suka pesta. Kini saya memiliki tujuan hidup yang baik. Kami bertanggungjawab atas seluruh perbuatan."

Lyne Ali, 31 tahun. Perempuan asal Dagenham, Essex, pertama kali bersentuhan dengan Islam melalui sahabatnya beragama Islam. Dia mengaku selama ini merupakan tipikal perempuan yang suka pesta.

"Saya suka mabuk bersama teman-teman, mengenakan pakaian ketat, menanggalkan baju, dan kencan dengan lelaki," ujar Lyne. "Saya juga bekerja paruh waktu sebagai DJ. Saya dulu berdoa layaknya seorang Kristen, namun saya menggunakan Tuhan sebagai dokter sementara."

Namun ketika bertemu dengan sahabatnya, Zahid, di universitas atau kadang-kadang dalam suasana dramatis. Lalu, "Saudara perempuannya berbicara tentang Islam, dan hal tersebut merasuk dalam kalbuku. Saya pikir, saya harus mencari sesuatu dan saya merasa kebiasaan saya mabuk dan berpesta tak ada gunanya."

Lynne pindah agama pada usia 19 tahun. "Saat itu juga saya mengenakan jilbab," jelasnya. Sekarang, "saya tak pernah lagi mempertontonkan rambut saya di depan publik. Di rumah, saya akan mengenakan pakaian Barat hanya untuk suami, tapi kalau keluar tak pernah."

Camilla Leyland, 32 tahun. Guru yoga ini tinggal di Cornwall memilih Islam sebagai agama baru. Ibu dari anak tunggal, Inaya, memeluk Islam di tengah maraknya diskusi soal "feminisme" di Barat.

Tumbuh besar di Southampton, ayahnya seorang direktur Institut Pendidikan Shoutampton dan ibunya guru ekonomi. Camilla tertarik pada Islam sejak di bangku sekolah.

Dia melanjutkan pendidikan di universitas dan mengambil gelar master bidang Kajian Timur Tengah. Selanjutnya bekerja di Syria. Mengenal Islam melalui teman-temannya.

6 Sifat Perempuan Yang Tak Bisa Dijadikan Istri

1. Al -Anaanah: 
banyak keluh kesah. Yg selalu merasa tak cukup, apa yg diberi semua tak cukup. diberi rumah tak cukup, diberi motor tak cukup, diberi mobil tak cukup, dll. Tak redha dg pembelaan dan aturan yg diberi suami. Asyik ingin memenuhi kehendak nafsu dia saja, tanpa memperhatikan perasaan suami, tak hormat kepada suami apalagi berterima kasih pada suami. Bukannya hendak menolong suami, apa yg suami beri pun tak pernah puas. Ada saja yg tak cukup.

2. Al-Manaanah: 
suka mengungkit. Kalau suami melakukan hal yg dia tak berkenan maka diungkitlah segala hal tentang suaminya itu. sangat senang hendak membicarakan suami: tak ingat budi, tak bertanggungjawab, tak sayang dan macam-macam. Padahal suami sudah memberi perlindungan macam-macam padanya.

3. Al -Hunaanah:
ingin pada suami yg lain atau berkenan kpd lelaki yg lain. sangat suka membanding-bandingkan suaminya dgn suami/lelaki lain. Tak redha dg suami yg ada.

4. Al- Hudaaqah:
suka memaksa. Bila hendak sesuatu maka dipaksa suaminya melakukan. Pagi, petang malam asyik menekan dan memaksa suami. Ada kalanya dgn berbagai ancaman: ingin lari, ingin bunuh diri, ingin membuat malu suami, dll. Suami dibuat seperti budaknya, bukan sebagai pemimpinnya. Yg dipentingkan adalah kehendak dan kepentingan dia saja.

5. Al -Hulaaqah:
sibuk bersolek atau tidur atau santai-santai dll hingga lalai dgn  ibadah-ibadah asas, seperti sholat berjemaah, wirid,zikir, mengurus rumah-tangga, berkasih sayang dgn  anak-anak, dll.

6. As-Salaaqah:
banyak berbicara, menggosip. Siang malam, pagi petang asik menggosip terus. Apa saja yg suami kerjakan selalu tidak benar dimatanya. Zaman sekarang ni bergosip bukan saja berbicara di depan suami, tapi dg telfon, SMS, internet, BBM dan macam2 cara yang lain . Yg jelas isteri tu asyik menyusahkan suami dgn kata-katanya yg menyakitkan.

Kisah Seorang Guru Jadi Pelacur Demi Anak Didiknya


Tinggal di desa kecil di propinsi Gan Shu. Awalnya dia bukan pelacur. Setiap penduduk di desa tersebut tidak mengerti kenapa seorang gadis secantik Xia yang mempunya paras tubuh yang indah dan rupa yang menawan tidak melakukan seperti gadis-gadis lainnya.

Karena Xia menolak akan hal ini, ayah nya Xia selalu menghukum dia.Suatu hari Xia mendengar bahwa sebuah sekolah di desa membutuhkan jasa seorang guru Xia langsung dengan sukarela menjadi seorang guru dengan tanpa imbalan. 

Pas hari pertama Xia masuk ke sekolah menjadi seorang guru, setiap murid kaget dan terpukau akan kecantikan guru baru mereka Sejak saat itu Kelas selalu menjadi penuh dengan canda tawa setiap murid. Kelas mereka lebih layak untuk di sebut sebagai tempat penampungan daripada bangku bangku sekolah yang normal. Dalam kondisi kelas yang sekarat ini, Xia mengajarkan beribu ribu kata kata chinese dan pengetahuan laennya kepada murid murid nya Suatu hari badai besar menghancurkan kelas mereka semua murid tidak bisa melanjutkan pendidikannya. Lalu kepala sekolah datang ke kota untuk merundingkan hal tersebut dengan walikota yang mengurus budget bagian pendidikan agar memberikan sumbangan uang utk membetulkan sekolah mereka akan kepala sekolah kembali dengan tangan kosong. 

Kepala sekolah mengatakan kepada Xia bahwa walikota akan memberikan uang kalo hanya Xia yang datang kepada dia dan meminta uang kepadanya secara personal, Xia yang tidak pernah keluar dari desa dan meninggalkan rumah nya dan tidak pernah bertemu dengan walikota sebelumnya, telah memutuskan untuk berangkat dari rumah untuk mengunjungi sang walikota. Sebelumnya Xia kwatir kalo kunjungan dia akan mengacaukan suasana, akan tetapi dia tetep memutuskan pergi demi murid murid nya. 

Xia berjalan lebih dari 10 kilo untuk ke kantor sang walikota setelah sampai, Xia duduk di depan kantor yang bagus di ruangan sang walikota. Setiba nya di kantor, sang walikota menyambut kedatangan Xia dengan sepasang mata pemburu yang haus akan Xia dan mununjukan tangannya ke sebuah ruangan dan mengatakan “Uang kamu ada di kamar tersebut… kalau kamu mau, kamu ikuti aku” Xia melihat sebuah ruangan dengan ranjang yang besar, ranjang tersebut lah yang telah merenggut keperawanan Xia, Sang walikota telah memperkosa Xia. Darah segar dari keperawannan nya telah meninggalkan bekas dan jejak di sprei darah merah tersebut menjadi lebih merah daripada warna bendera national China. Xia tidak menangis sedikit pun yang ada di pikiran nya adalah berpuluh puluh mata murid murid nya yang akan kecewa kalo tidak ada kelas buat mereka belajar. 

Setelah itu Xia bergegas balik ke rumah yang gelap dan tidak memberi tahu kepada seorang pun tentang kejadian tersebut. Hari berikutnya, para penduduk membeli kayu dan membetulkan kondisi kelas. Akan tetapi kala ada hujan yang deras, kelas tersebut tetap tidak bisa di gunakan. Xia mengatakan kepada murid muridnya bahwa walikota akan membangun sebuah sekolah yang bagus buat mereka. Dalam kurang lebih 6 bulan, kepala sekolah mengunjungi walikota 10x akan tetapi tetep tidak diberikan dana yang dijanjikan kepada mereka. Hanya walikota lah yang tau apa yang telah terjadi pada Xia akan tetapi tidak bisa berbuat banyak tentang itu. 

Pada saat semester baru berganti, banyak murid yang tidak bisa melanjutkan sekolah nya karena biaya dan mereka harus membantu orang tua nya untuk bekerja… Jumlah murid nya berkurang dan bekurang. Xia sangat sedih akan kondisi seperti itu. Ketika Xia mengetahui bahwa harapan murid muridnya telah hilang bagaikan asap. Dia lalu kembali ke kamarnya. Xia membuka bajunya, dan melihat tubuh telanjangnya di depan cermin. Xia bersumpah akan memakai tubuhnya yang indah untuk mewujudkan impian dari murid muridnya untuk bisa kembali sekolah… Xia tau semua gadis dari desa bekerja sebagai pelacur di kota untuk mencari uang dan itu cara yang gampang untuk dia untuk mendapatkan uang. Dia membersihkan dirinya dan mengucapakan selamat tingal kepada kepala sekolah, ayah dan sekolah… 

Dia mengikat rambut nya dengan kuncir dua dan berjalan menuju kota. Ketika dia berangkat ke kota, ayahnya tersenyum bangga akan tetapi kepala sekolah menangis sedih akan pilihan yang Xia lakukan….Di dalam glamor kehidupan kota, Xia tidak senang sama sekali dia menderita, dalam benak pikirannya, hanya ada sebuah kelas yang hancur dan keprihatian dan kesedihan dan kekecewaan expressi dari murid muridnya…. Xia masuk ke buat salon, berbaring di ranjang yang kotor dan menderita kerja kotor yang kedua di dunia percabulan… Malam itu di dalam diary nya Xia menulis “Sang walikota tidak bisa di bandingakan dengan tamu pertama nya lebih parah dan lebih kejam akan tetapi paling tidak tamu nya telah membayar dan memberi uang” 

Xia mengirimkan semua uang penghasilannya kepada kepala sekolah dengan mengirit irit biaya untuk hidup nya dengan harapan bisa mengirim lebih banyak lagi ke kepala sekolah. Sang kepala sekolah menerima uang tersebut dan mengikuti untuk menggunakan uang utk membangun sekolah… Ketika setiap orang yang menanyakan sumber uang tersebut, sang kepala sekolah hanya menjawab bahwa di dapat dari donasi dari organisasi social. Akan tetapi seiring waktu, penduduk mengetahui bahwa sumber dana dari seorang mantan guru yang bernama Xia. Banyak reporters yang ingin meliputi berita ini akan tetapi di tolak oleh Xia dengan alasan bahwa dia hanya seorang pelacur biasa.Dengan uang tersebut, sekolah telah berubah drastis…Bulan pertama, ada papan tulis baru…Bulan ke dua, ada bangku kayu dan bangku…Bulan ke tiga, setiap murid mempunyai buku masing masing. Bulan ke empat, setiap murid mempunya dasi masing masing. Bulan ke lima, tidak ada seorang murid pun yang datang ke sekolah tanpa alas kaki. 

Bulan ke enam, Xia kembali mengunjungi sekolah Xia disambut dengan gembira dan para murid menyapa”Guru, kamu telah kembali guru, kamu cantik sekali”Melihat kegembiraan dari para murid muridnya, Xia tidak berkuasa untuk menangis,Tidak peduli berapa banyak air mata yang di teteskan nya dan berapa banyak derita, keluh kesan dan kisah sedih yang dia lalui dalam 6 bulan, Xia merasakan semua kisah sedih dan penderitannya itu sangat seimbang dan pantas untuk harga yang dia bayar untuk melihat apa yang Xia lihat saat itu. Setelah beberapa hari di rumah, Xia kembali ke kota. Pada bulan ke tujuh, sekolah telah mempunyai lapangan bermain yang baru. Pada bulan ke delapan, sekolah membangun lapangan basket…pada bulan ke sembilan, setiap murid mempunya pensil yang baru. Pada bulan ke 10, sekolah mempunya bendera nasional sendiri, setiap murid bisa menaikan bendera setiap hari nya. 

Hingga suatu waktu Xia dikenalkan kepada seorang businessman. Sang pengusaha luar asing bersedia membayar 3000 rmb buat satu malam. Dengan pikiran yang lelah yang telah dia lalui bbrp tahun lalu, Xia dengan lelah menuju hotel sang pengusaha asing. Dia bersumpah bahwa itu adalah pekerjaan kotor yang terakhir bagi dia dan setelah itu dia akan kembali ke desa dan bersama sama murid muridnya di sekolah. Akan tetapi nasib berkata lain sungguh tragis telah terjadi malam itu dimana Xia bersumpah untuk terakhir kali nya, Xia di diperkosa dan di siksa hingga terbunuh oleh 3 pengusaha asing tersebut. Xia baru saja bertambah umur nya menjadi umur 21 tahun. Xia saat itu juga meninggal tanpa mencapai keinginan yang terakhir, yaitu untuk membangun satu kelas bagus dengan 2 komputer yang bisa digunakan oleh murid murid. 

Seorang pelacur telah meninggal dunia… keheningan yang di penuhi air mata. Saat itu langit kota ShenZen masih berwarna biru seperti lautan. Para murid2, guru2 dan beberapa ratus penduduk menghadiri acara pemakaman Xia di desa kecil bernama “GanShu” Pada saat itu, semua hanya bisa melihat foto hitam putih dari Xia dalam foto itu Xia mengikat rambut nya 2 dengan senyuman bahagia… Kepala sekolah membuka diary Xia dan membacakanya di depan para murid murid nya dan Xia menulis “Sekali melacur, bisa membantu satu anak yang tidak bisa sekolah. Sekali menjadi wanita simpanan, bisa membangun sebuah sekolah yang telah hilang harapan. Bendera setengah tiang dikibarkan. 

Kisah Wortel, Telur, Dan Kopi


Cerita Cerita Inspiratif Dan Motivasi 
Seorang anak perempuan mengomel kepada ayahnya tentang kehidupannya dan bagaimana keadaan sungguh sangat berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana ia menanganinya dan ia ingin menyerah. Ia lelah untuk terus bertarung dan berjuang. Sepertinya ketika satu masalah diselesaikan timbul masalah lain.


Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur, lalu mengisi 3 panci dengan air dan meletakkannya di api. Tak lama, air di ketiga panci itu mulai mendidih.
Di satu panci ia meletakkan wortel, di panci lain ia meletakkan telur, dan di panci terakhir ia meletakkan biji-biji kopi. Ia membiarkannya mendidih, tanpa berkata sepatah kata apapun.
Anak perempuannya dengan tidak sabar bertanya-tanya dalam dirinya apa yang ayahnya lakukan. Ia memiliki masalah, dan ayahnya membuat ramuan aneh. Setengah jam kemudian, sang ayah berjalan ke kompor dan mematikan apinya. Ia mengambil wortel dan telur lalu meletakkannya di piring. Kemudian mengambil kopi dari panci terakhir dan meletakkannya di gelas.
Sang ayah bertanya, "Sayang apa yang kamu lihat,"


Dengan cepat, ia menjawab, "Wortel, telur, dan kopi."


Sang ayah membawanya lebih dekat dan memintanya untuk meraba wortel. Ia melakukannya dan merasakan wortel itu sudah lunak. Sang ayah lalu menyuruhnya mengambil telur yang sudah direbus itu dan memecahkannya. Setelah membuka cangkang telur, ia mengamati isinya yang padat. Akhirnya, sang ayah menyuruhnya untuk meminum sedikit kopinya. Wajahnya berkerut merasakan kekuatan rasa kopi itu.


Ia bertanya, "Apa maksud dari ini semua ayah?"


Sang ayah menjelaskan, "Setiap benda ini mengalami hal yang sama, 100 derajat air panas. Tetapi setiap benda bereaksi secara berbeda."


"Wortel pada mulanya masuk dengan keadaan kuat dan keras. Tetapi setelah melalui air mendidih, ia menjadi lunak dan lemah."


"Telur sangatlah rapuh. Cangkang luar yang tipis melindungi cairan di dalamnya. Tetapi setelah berada dalam air mendidih, dalamnya menjadi mengeras."


"Akan tetapi biji kopi adalah unik. Setelah mereka berada di air mendidih, ia menjadi semakin kuat dan kaya rasa dan baunya." "Yang mana dirimu?" Sang ayah bertanya pada anak perempuannya.


Ketika kesulitan mengetuk pintumu, bagaimana kamu menanggapinya?


Apakah kamu adalah wortel, telur, atau biji kopi?


Apakah kamu wortel yang terlihat kuat, tetapi dengan sedikit rasa sakit, kesulitan, panas kamu menjadi lesu dan lunak tanpa kekuatan?


Apakah kamu telur, yang awalnya memiliki hati yang lunak dan semangat yang terus mengalir seperti cairan? Tetapi setelah sebuah kematian orang terdekatmu, sebuah perpisahan, sebuah perceraian, sebuah PHK kamu menjadi keras dan kaku. Cangkangmu terlihat sama, namun kamu hati dan jiwamu berubah menjadi sangat keras dan kaku.


Atau kamu seperti biji kopi? Biji kopi tidak mendapatkan rasa dan aroma yang kuat sampai ia dipanaskan dalam air mendidih 100 derajat. Ketika keadaan semakin buruk, kamu justru semakin baik. Ketika hari-hari semakin kelam, ujian-ujian semakin berat, jiwamu justru naik ke level selanjutnya.


Bagaimana kamu menangani kesulitan? Apakah kamu wortel, telur, atau biji kopi?

Kuis Kehidupan


Cerita Cerita Inspiratif Dan Motivasi
Di suatu sekolah menengah atas, seorang guru memberikan sebuah kuis yang lain dari biasanya kepada para muridnya. Sang guru membawa 2 kertas yang masing-masing berisi 5 pertanyaan. Lalu, ia membaca 5 pertanyaan di kertas pertama untuk dijawab oleh para murid. Pertanyaannya adalah:



  1. Sebutkan 5 orang terkaya di dunia
  2. Sebutkan 5 pemenang Academy Awards untuk kategori aktor terbaik dalam 5 tahun terakhir
  3. Siapa saja 5 pemenang Miss Universe yang kamu ketahui
  4. Sebutkan 5 orang yang pernah memenangi nobel perdamaian
  5. Sebutkan 5 orang yang menghasilkan penemuan di bidang fisika
Ternyata para murid mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Lalu sang guru berkata, “anak-anak, kita banyak yang tidak bisa mengingat siapa saja figur-figur yang pernah menjadi pembicaraan orang banyak. Mereka adalah orang yang memiliki prestasi luar biasa. Mereka terbaik di bidangnya masing-masing. Tetapi setelah tepuk tangan berhenti, prestasi mereka memudar, piala dan sertifikat mereka mulai usang dan terkubur bersama pemiliknya maka mereka akan mulai dilupakan.”
Lalu, sang guru kembali membaca 5 pertanyaan. Kali ini dari kertas kedua. Pertanyaannya adalah:
  1. Sebutkan 5 guru yang sudah membantumu dalam perjalananmu sebagai seorang pelajar
  2. Sebutkan 5 temanmu yang menghibur dan mendukungmu di saat-saat sulitmu
  3. Sebutkan 5 tokoh yang sudah menginspirasikan hidupmu
  4. Sebutkan 5 orang yang membuatmu merasa spesial saat kamu bersama mereka
  5. Sebutkan 5 orang temanmu yang kamu senangi untuk menghabiskan waktu bersama-sama
Ketika menjawab pertanyaan ini, para murid dapat menuliskan semuanya tanpa kesulitan apapun. Sang guru tersenyum lalu berkata, “kamu baru saja belajar hal yang penting untuk hidupmu, bahwa orang-orang yang sangat berarti bagimu dan akan selalu kamu ingat bukanlah orang yang memiliki penghargaan terbanyak, uang terbanyak, maupun prestasi terbanyak. Mereka adalah orang-orang yang peduli padamu, memiliki pengaruh dan membuat perbedaan dalam hidupmu, dan berada di sampingmu di saat orang lain meninggalkanmu.”
 "Banyak orang ingin duduk bersamamu di limousine, tetapi yang kamu inginkan adalah orang yang mau naik bus bersamamu ketika limousinemu rusak" - Oprah Winfrey

Sabtu, 12 November 2011

Paku Dan Amarah

Cerita Cerita Inspiratif Dan Motivasi
Kisah berikut ini begitu berkesan. Saya mendapatkannya semasa kuliah beberapa tahun silam. Alhamdulillah, marilah kita belajar dari paku
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah-marah tersebut, sang ayah memberikannya sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah.

Hari pertama anak itu telah memakukan 30 paku ke pagar setiap kali dia marah... memang terkenal temperamen, sampai-sampai sehari saja sudah 30 kali marah-marah. Hari berganti hari jumlah yang ia pakukan berkurang. Sang anak merasakan capek dan lelah ketika harus memakukan paku-paku saat marah.

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa bisa mengendalikan amarahnya dan lebih bisa bersabar. Dia memberitahukan kabar baik ini kepada sang ayah dengan malu-malu.

Sang ayah pun tersenyum puas. Namun ia meminta anaknya untuk mencabut satu paku setiap hari ketika ia tidak marah. Hari-hari berlalu dan anak laki-lakinya telah berhasil mencabut semua paku.

Sang ayah lalu menuntun anaknya ke pagar.
“Kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu akan meninggalkan bekas di hati orang lain seperti lubang-lubang ini.”
Semoga kita bisa belajar dari kisah ini. Ketika kita marah atau menyakiti orang lain, tidak peduli berapa kali kita meminta maaf. Luka itu akan tetap ada... Maka, tidak ada ruginya banyak-banyak berbuat baik dan berhenti marah-marah apalagi menyakiti orang lain.:


Kamis, 10 November 2011

Kisah Nyata Seseorang Yang Ditolak Bekerja Di Microsoft

Seorang laki-laki pengangguran melamar posisi sebagai 'office boy' di Microsoft.
Manajer SDM mewawancarainya, kemudian melihatnya untuk membersihkan lantai sebagai ujian.

'Anda bekerja "katanya.
"Berikan alamat e-mail Anda dan saya akan mengirimkan aplikasi untuk diisi, juga tanggal ketika Anda dapat mulai bekerja."
Pria itu menjawab, "Tapi saya tidak punya komputer, bahkan email '.
"Maafkan aku", kata manajer HR. Jika Anda tidak memiliki email, itu berarti Anda tidak ada. Dan siapa yang tidak ada, tidak dapat memiliki pekerjaan. "

Orang itu tanpa harapan sama sekali. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, dengan hanya memiliki uang $ 10 di saku. Ia kemudian memutuskan untuk pergi ke supermarket dan membeli 10kg peti tomat. Dia kemudian menjual secara keliling tomat itu dari rumah ke rumah. Dalam waktu kurang dari dua jam, dia berhasil melipatgandakan modalnya.

Dia mengulangi penjualannya secara keliling tiga kali, dan pulang dengan uang $ 60.
Lelaki itu menyadari bahwa ia bisa bertahan hidup dengan berjualan tomat, dan dia mulai untuk pergi berjualan tomat sehari-hari dan sering pulang larut malam mendagangkan jualannya hari demi hari uang keuntungan yg didapat dua kali lipat atau tiga kali lipat dalam penjualannya sehari-hari. Tak lama, ia membeli mobil, lalu truk, dan kemudian ia mempunyai armada kendaraan pengiriman sendiri.

5 tahun kemudian, orang itu menjadi salah satu pengusaha food retailer terbesar di Amerika Serikat.
Ia mulai merencanakan masa depan keluarganya, dan memutuskan untuk memiliki asuransi jiwa.
Dia memanggil broker asuransi, dan memilih rencana perlindungan.
Ketika percakapan broker bertanya tentang email yang akan dipakai untuk keperluan asuransi.

Pria itu menjawab, "Aku tidak punya email."

broker itu menjawab ingin tahu mengapa ia tidak punya email,

'Anda tidak memiliki email, namun telah berhasil membangun sebuah imperium perusahaan bisnis. Dapatkah Anda membayangkan apa yang bisa terjadi jika Anda memiliki email!!? "

Pria itu berpikir sejenak dan menjawab, "Ya, aku akan menjadi seorang office boy di Microsoft!!"

Pesan dari cerita diatas:
Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka. Namun terkadang kita melihat dan menyesali pintu tertutup terlalu lama sehingga tidak melihat pintu lain yang telah terbuka. Jangan pernah berhenti berusaha dan jangan menyerah karena gagal, serta berani melangkah



Sumber

Ibu, Saya Rela Jadi Tongkatnya Ibu Selamanya



Ibu. Ibu adalah sosok yang melahirkan kita. Sosok handal yang tanpa pamrih telah mengandung, melahirkan dan membesarkan kita. Saat kita sudah besar dan mandiri seringkali kita lupa sosok seorang ibu yang jasanya tidak akan terbalas oleh lekangnya waktu dan sebesar apapun kita berikan kepada seorang ibu tidak akan bisa membalas budi seorang ibu. Ada kisah inspirasi mengharukan dari Tiongkok China, dimanaseorang anak yang membalas jasa ibu dengan merawat penuh kasih sayang selama 21 tahun, bahkan saat sudah menikah dan punya anak sekalipun, dia tidak lupa sosok ibunya dan selalu merawatnya tanpa ada penolakan dan keberatan.

“Hawa udara di Changchun, Tiongkok, sangatlah dingin. Li Yuanyuan memanggul sang ibu yang lumpuh kedua kakinya sambil menggendong putrinya yang berusia dua tahun buru-buru ke rumah sakit karena sang ibu terkena serangan jantung lagi. Orang-orang yang berlalu lalang di jalan memandang mereka bertiga dengan mata terbelalak, semua takjub melihat seorang wanita yang kelihatannya kurus lemah justru memiliki tenaga untuk memanggul satu orang sambil menggendong satu lagi…”
Menurut laporan “City Evening Post”, di pagi buta, 13 Pebruari 2008, Li Yuanyuan telah memakaikan baju bagi anak dan sang ibu yang baru sembuh dari sakitnya. Jam 10 pagi, Yuanyuan berjongkok di depan sang ibu, meletakkan kedua kaki ibu di pinggangnya lalu memanggul sang ibu, kemudian menggendong putrinya yang berdiri di atas tempat tidur.
Kedua tangan Yuanyuan dipakai untuk menyangga sang ibu, sedangkan sang ibu membantu merangkul cucunya mengitari leher Yuanyuan. Dengan cara inilah tiga orang tersebut saling berangkulan dengan susah payah keluar dari rumah sakit. Sang ibu telah lumpuh selama 21 tahun, selama 21 tahun itu pulalah Yuanyuan terbiasa memanggul sang ibu keluar masuk rumah sakit.
Ketika Yuanyuan berusia 7 tahun terjadilah sebuah kecelakaan lalu lintas yang benar-benar telah merubah kehidupannya. Karena kecelakaan ini ibunda mengalami kelumpuhan pada kedua kaki yang diperparah dengan menghilangnya sang ayah.

Sejak saat itu, Yuanyuan menjadi tulang punggung rumah tangga. Karena tidak ada penghasilan Yuanyuan menghidupi keluarga dengan menjadi pemulung, uang hasil kerja kerasnya habis terpakai untuk mengurus sang ibu.
Rasa bakti Yuanyuan kepada orang tua sangat menyentuh hati para tetangga, banyak tetangga yang dengan sukarela memberi bantuan kepada sang ibu dan putrinya ini. Karena sepanjang tahun hanya mampu berebahan, otot kaki sang ibu sering kejang, sakitnya tak tertahankan.
Ada seorang tetangga yang berprofesi sebagai seorang dokter tradisional tua, setiap hari membantunya memberikan terapi akupunktur terhadap ibu Yuan-yuan, bahkan mengajarnya menggunakan teknik akupunktur sederhana. Sejak berusia 11 tahun sampai sekarang, Yuanyuan sudah dapat menggunakan teknik akupunktur untuk meringankan rasa sakit ibunya.

Tiga tahun yang lalu, Yuan-yuan menikah, setahun kemudian, Yuanyuan melahirkan seorang putri. Namun di mana pun dan kapan pun, Yuanyuan tidak pernah meninggalkan sang ibu, dia dan suaminya bersama-sama memikul tanggung jawab mengurus sang ibu.
Meskipun rumah tangganya tidak terbilang kaya, mereka sangatlah puas. Sang ibu berkata, terkenang masa 21 tahun ini meskipun penuh penderitaan, namun dia sangat puas, dia merasa diri-nya sama dengan orang tua lain yang juga telah menikmati kehangatan keluarga.
Bagi Yuanyuan, selama 21 tahun ini, dia merasa dirinya sangat bahagia, karena dia adalah seorang anak yang masih memiliki seorang ibu.

Sungguh suatu rasa bakti yang sangat luar biasa dari anak kepada seorang Ibu, semoga kisah inspirasi tersebut kita dapat  memetik hikmah di dalamnya. Salam hormatku kepada anda Yuanyuan, anda menjadi contoh bagi saya untuk melakukan seperti apa yang anda lakukan

Selasa, 25 Oktober 2011

Mentari Baumann, Caleg Termuda di Pemilu Swiss yang Keturunan Indonesia

  •  Usia 18 Tahun, Bersaing dengan Senior Seumuran Kakeknya 
  •  Mentari Baumann, Caleg Termuda di Pemilu Swiss yang Keturunan Indonesia
     
SIAP PIMPIN SWISS: Mentari Baumann menunjukkan kartu suara yang ada namanya sebagai salah satu calon anggota parlemen. F-SUPRIANTO/JAWAPOS
Pemilu Swiss untuk memilih 200 anggota parlemen dihelat Minggu lalu (23/10). Di antara ribuan calon anggota legislatif (caleg) di sana, ada nama Mentari Baumann. Yang menarik, dia adalah caleg termuda dan keturunan Indonesia.

SUPRIANTO, Bern  



 PENAMPILAN dan gayanya khas para remaja. Raut muka dan mimiknya saat ngobrol juga memperlihatkan bahwa umurnya baru belasan tahun. Cuek dan tanpa beban. Namun, kalau sudah bicara politik, ekspresinya yang masih sering terlihat kekanak-kanakan itu pun berubah, mendadak serius dan menggebu.    Dialah Mentari Baumann, gadis kelahiran Swiss, 22 Agustus 1993. Umurnya memang baru 18 tahun 2 bulan. Meski bisa dibilang masih bau kencur, kalau sudah urusan politik, dia seolah tak mau kalah oleh para seniornya yang pantas menjadi bapak dan kakeknya.    “Sorry to keep you waiting. Sebab, saya juga baru memilih surat suara. Tentu saya memilih nama saya sendiri," katanya sembari tersenyum kepada Pontianak Post  yang menunggunya di rumah makan Rosengarten, Bern. "Laugh or cry, hasil pemilu saya terima dengan senang hati. Kalau saya tidak dipilih, pasti pemilih melihat karena saya masih muda dan masih banyak kesempatan," sambungnya.

    Menjelang pemilu Swiss, nama Mentari memang pernah menjadi bahan pembicaraan di negara yang berbatasan dengan Prancis, Jerman, dan Italia tersebut, terutama di kanton Bern, yang notabene merupakan ibu kota Swiss. Setidaknya, itu terjadi setelah koran Berner Zeitung meng-upload video hasil wawancara dengan Mentari di edisi online-nya meski hanya berdurasi 60 detik. Maklum, Mentari adalah calon anggota parlemen yang diajukan oleh partainya dari wilayah Bern (semacam daerah pemilihan). Sebab, Mentari berdomisili di Bern.

    Di surat suara, nama Mentari tertulis sebagai caleg bernomor urut 17 dari Partai Jungfreisinnige Sudost (Jf-So). Jf-So adalah under bow di bidang kepemudaan dari salah satu partai penguasa di pemerintahan Swiss, yakni FDP (Partai Liberal Radikal) yang sekarang memiliki 31 wakil di parlemen. "Kans saya untuk terpilih memang tidak besar. Sebab, di wilayah Bern saja, total ada  662 calon anggota parlemen," paparnya.    Sulung di antara dua bersaudara anak pasangan Hams Baumann (Swiss) dan Rita Baumann (Flores) yang pernah berlibur ke Indonesia itu mengatakan, sebelum mengenal politik, dirinya memang tertarik di bidang kepemimpinan (leadership). Bakat tersebut muncul ketika dia menginjak kelas 2 sekundarschule atau setingkat SMP. Saat itu dia mencalonkan diri menjadi ketua organisasi pelajar di sekolahnya (semacam OSIS) dan akhirnya terpilih. Nah, kala itu, jelas gadis yang suka menggerai rambutnya tersebut, salah seorang guru SMP-nya sering bercerita tentang kepemimpinan dan perpolitikan. "Dari situ, saya mulai tertarik terhadap politik dan baca banyak buku politik. Sampai papa dan mama bingung, apakah saya mampu jadi ketua," ujarnya.

    Mentari menuturkan, pengalaman di organisasi level sekolah tersebut membuatnya belajar mandiri. Karena itu, selepas sekolah setingkat SMP, dia memutuskan tidak mau membebani orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah setingkat SMA. Lalu, diputuskan dia melanjutkan pendidikan ke sekolah kejuruan dengan hanya masuk sekolah dua hari dan praktik kerja tiga hari di Departemen Luar Negeri Swiss.    Dari situ, selain bisa bersekolah gratis, setiap bulan dia mendapat gaji Fr 1.300 atau sekitar Rp 13 juta. Uang tersebut, selain bisa diberikan kepada ibunya dengan alasan sebagai uang ganti makan di rumah, dimanfaatkan untuk menyalurkan hobinya sebagai aktivis pemuda dan kegemaran berorganisasi. Hingga akhirnya, Mentari dilamar organisasi kepemudaan FPD, salah satu partai penguasa di pemerintahan Swiss.

    Menurut gadis yang bisa menari Bali dan suka baju batik tersebut, sejak aktif di partai, dirinya memang sangat berminat menjadi caleg. Namun, sebenarnya, targetnya bukan Pemilu 2011. Tetapi, minimal Pemilu 2015 (pemilu Swiss dihelat empat tahun sekali).     Namun, beberapa hari sebelum pencalegan, dia kaget ketika tiba-tiba ditelepon salah seorang petinggi partainya. Dia diberi tahu bahwa namanya sudah layak dimasukkan menjadi caleg. "Katanya, saya sudah layak sebagai representasi anak muda. Akhirnya, saya terima saja karena tidak mungkin menolak keinginan partai. Saya juga berpikir bahwa saya menjadi calon anggota parlemen termuda karena umur saya baru 18 tahun," ungkap dia.

    Menurut aturan Komisi Pemilihan Swiss, seorang caleg minimal berumur 18 tahun dengan alasan batas usia sudah dewasa. Namun, faktanya, selama ini jarang ada caleg yang berumur 18 tahun. Rata-rata, yang sudah resmi menjadi caleg minimal berusia 20 tahun. Lantas, apa yang melatarbelakangi keinginannya menjadi anggota parlemen? Penyuka masakan pedas ini menjelaskan, banyak anggota parlemen sekarang yang sudah tua dan konservatif. Mereka juga cenderung anti pemikiran dan masukan anak muda. Bahkan, yang menyakitkan, ide-ide anak muda Swiss seperti dia dan beberapa kelompok aktivis kepemudaan lain sering dianggap sebagai sampah yang tak perlu dilihat.

    “Padahal, kami berpikir panjang. Misalnya, kebijakan Schengen yang memperbolehkan pekerja dari luar Swiss bekerja di sini," ujarnya. Akibatnya, banyak pekerja dari Jerman, Prancis, dan Italia yang mau dibayar murah di Swiss. Nanti, semakin lama, banyak karyawan dari luar. "Juga, yang terancam kan anak-anak muda. Sebab, perusahaan tentu memilih yang mau digaji kecil. Padahal, asuransi di Swiss sekarang tiap tahun naik terus," paparnya, bersemangat.    Dengan dasar itulah, Mentari tetap bertekad sampai kapan pun akan berusaha menjadi anggota parlemen. Karena kengototan tersebut, dia beberapa kali ditawari partai lain untuk memperkuat kelompok pemuda partai yang menawarinya. Namun, dia menyatakan tetap loyal dengan partainya saat ini.    “Saya cukup menjadi anggota parlemen saja. Bukan menjadi pemerintah, apalagi presiden. Sebab, tujuh orang yang duduk di pemerintahan itu tetap dikendalikan parlemen dari partai masing-masing. Mereka tinggal menyetujui saja aturan-aturan. Yang membuat aturan tetap parlemen. Karena itu, saya hanya ingin duduk di parlemen," ungkapnya.

Sumber:

Selasa, 11 Oktober 2011

Keinginan Istri

Cerita Cerita Inspiratif Dan Motivasi
Sebagai seorang ibu rumah tangga, pernahkah kau merasa hampa??  Seorang sahabat pernah datang padaku, dia tak menangis juga tak tampak marah. Tapi matanya yang sayu seakan menggambarkan keadaan dirinya. Tanpa emosi berarti, ia curhat padaku perlahan-lahan namun sarat dengan masalah. Ia kelihatan lelah dengan hidupnya sendiri.
Ia menikah lebih dari 15 tahun, ibarat sebuah pohon maka rumah tangga mereka telah memiliki akar yang kuat. Ia tahu betapa banyak yang ia dan suaminya korbankan untuk perkawinan mereka. Ketidaksetujuan orangtua suami atas dirinya, membuat sang istri selalu berusaha menjadi istri terbaik untuk suaminya.
Istri yang memilih menikah di usia yang muda, mengorbankan karier yang begitu cemerlang demi memperbaiki hubungan dengan keluarga sang suami. Meskipun ia telah menunjukkan dedikasi yang begitu tinggi terhadap keluarga suami dan anak-anaknya, ternyata sama sekali tidak menggerakkan hati keluarga dari pihak suaminya terutama kedua mertuanya.  Bertahun-tahun kemudian bahkan ketika putra-putri mereka telah beranjak remaja, tetap tak ada persetujuan dari sang mertua untuknya.
Akhirnya Istripun menyerah, ia menawarkan pilihan untuk sang suami agar mengakhiri perkawinan mereka demi kepentingan semua pihak. Tetapi sang suami menolak dengan alasan demi anak-anak. Meskipun sulit akhirnya mereka berdua sepakat bahwa kalau perjuangan ini diteruskan justru tak baik bagi anak-anak karena melihat ibu mereka dicaci maki nenek dan kakeknya. Namun setelah peristiwa itu, suami berubah jadi protektif dan sangat pengatur.
Ia memang tak pernah banyak bicara, tetapi ia tidak membolehkan ada pembantu di rumah tangga mereka sehingga istri terpaksa tinggal di rumah mengurus anak-anak mereka yang meskipun sudah besar-besar, tapi sebenarnya masih sangat membutuhkan perhatian. Suaminya juga membatasi keuangan yang ditangani istrinya dengan berbagai alasan. Sang Istri yang memang sudah lelah dengan berbagai perselisihan dengan keluarga suaminya pun tak banyak bicara, ia memilih mengikuti semua keinginan sang suami. Ia kasihan pada suaminya yang harus terombang-ambing antara keluarganya sendiri dan keluarga besarnya.
Ketika kutanya kenapa ia tak berdiskusi tentang keuangan rumah tangga dengan suaminya? Ia tersenyum pahit dan memberi alasan.
“Aku kasihan dengan suamiku, ia sudah mengalami banyak penderitaan sejak masih kecil dulu. Aku ingin ia bahagia bersamaku, aku ingin ia melihatku sebagai istri yang ia memang inginkan, tak banyak tingkah, patuh padanya dan mau hidup menderita bersamanya.”
Memang aku mengenalnya sosok sahabatku  dulu begitu dinamis, pandai berbicara, penuh energi, penuh ide-ide briliant memang telah berubah banyak. Kini ia lebih banyak berkurung di rumah, bahkan terkadang tak keluar dari rumah berhari-hari, menghabiskan hidupnya di depan internet setelah menyelesaikan semua urusan rumah tangga, ia menyambut anak-anaknya dengan serentetan jadwal rutin lalu ketika satu persatu putra putrinya pergi ke sekolah atau ke tempat-tempat kursus, ia duduk seharian di depan internet bermain game-game facebook. Aku bertemu melalui jaring sosialisasi itu juga dengannya dan agak kaget melihat perubahan besarnya.
Ia melihat kesibukanku yang beragam, sempat menyatakan ketertarikannya. Ia belajar beberapa ide kreatif seperti menjahit dan membuat kue. Tapi karena pada dasarnya ia tak suka, ia melupakannya dengan cepat dan lebih banyak tenggelam dalam dunia games. Beberapa kali ia kuajak membuat blog, tetapi ia tak tertarik dengan alasan tak suka menulis.
Sampai hari ketika ia mengadu padaku, satu-satunya komputer yang membuatnya bahagia telah rusak. Sang suami yang sudah bosan melihat istrinya setiap hari bermain games, tidak mau memperbaikinya.  Bisa dibayangkan, mereka berduapun bertengkar hebat. Sahabatku itu bercerita, ia bahkan melemparkan dan menendang unit CPU itu hingga pecah sebelum memutuskan keluar rumah meredakan emosi.
Dia bilang, ia menumpahkan semua isi hatinya. Ia mengatakan bahwa ia lelah harus terus menerus mendengar keluhan suaminya mengenai buruknya ekonomi yang mempengaruhi keuangan rumah tangga. Ia lelah menahan diri karena tak bisa membeli baju, buku bahkan sekedar memberi kado hadiah ulang tahun anak-anaknya, sahabat2nya dan bahkan orangtuanya hanya karena suaminya menganggap ulang tahun bukanlah hal penting. Ia lelah mengalah demi semua kepentingan di rumah. Ia harus mengalah dengan mengenakan baju-baju tua agar anak-anaknya bisa punya seragam baru. Ia lelah menahan diri untuk tidak keluar rumah meskipun bosan karena kuatir nanti di mall malah menghabiskan uang saja, walaupun cuma ongkos transport. Ia lelah harus menelan kekecewaan karena uang jajan yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit dari sisa uang belanja yang sangat minim, tapi akhirnya digunakan anak-anaknya yang tak berani meminta ataupun malah dicuekin oleh sang suami. Ia lelah karena setiap kali meminta pada suami harus mengambek berhari-hari dulu dan kalaupun diberikan bukanlah sesuai keinginannya, selalu ada bagian yang dikurangi. Ia lelah karena harus memikirkan keinginan setiap orang, sementara keinginannya harus dikuburkan dalam-dalam hanya karena ia seorang istri yang cuma berdiam di rumah.
Ia merasa dunia games adalah dunia impian di mana ia bisa mencurahkan kecerdasannya. Ia tak perlu berdebat, menunggu atau menelan kekecewaan. Di games, ia bisa melarikan semua masalahnya, mendapatkan kebahagiaan walaupun cuma sebentar dengan memenangkan sebuah permainan. Ia menikmati kesibukan saat harus mencuci sambil menunggu gamesnya terdownload, atau saat ia berbagi “gift” sambil memasak.
Aku   harus akui, apa yang dialami sahabatku juga pernah kualami sendiri. Tapi aku beruntung karena anak-anak selalu membuatku sibuk. Mungkin karena mereka masih terlalu kecil sehingga aku masih harus ekstra perhatian pada mereka.  Aku juga harus berbagi komputer dengan putra-putriku sehingga tak terlalu punya banyak waktu untuk bermain. Aku juga bebas kesana kemari kalau sedang bosan di rumah dan suamiku tak pernah keberatan menjaga anak-anak untukku.
Di akhir percakapan kami, sahabatku tertawa miris. Ia bilang ia ingin sekali melarikan diri dari semua kesumpekan dari rumahnya, tapi sayang ia tak punya apa-apa. Seluruh tabungannya saat bekerja dulu habis sedikit demi sedikit menutupi kebutuhannya selama ini dan dari suami, ia tak pernah mendapatkan apapun.
Aku hanya bisa mengingatkan agar dia berbicara dengan suaminya tentang keadaan rumah tangga mereka. Komunikasi sangat penting untuk mencapai kesepakatan dan mencari jalan terbaik bagi keinginan masing-masing. Tetapi sahabatku malah tertawa, masih dengan kemirisan, bahwa berbicara adalah sesuatu hal yang tak mungkin karena itu berarti Suara Suami adalah Suara Tuhan di rumahnya. Kalau sang suami kalah berdebat, maka ia akan langsung meninggalkan sang istri tanpa kata apapun dan tetap mempertahankan prinsipnya sendiri.
Aku hanya bisa berharap dan berdoa semoga suami sahabatku itu mau mendengarkan istrinya satu kali saja. Jeritan hati istri itu penting untuk didengar, agar mentalnya tetap sehat. Mental ibu yang stress juga sangat mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anak. Keinginan seorang istri itu sederhana, perhatian dari suami walaupun cuma kata-kata “aku sayang kamu” bisa menjadi spirit yang menggema di jiwanya yang rapuh. Keinginan istri itu hanyalah agar perhatian suami tak cuma tertumpu pada stabilitas ekonomi rumah tangga atau anak-anak semata, ia juga ingin didengarkan, ingin diperhatikan, dan ingin agar dihargai. Sehelai kaus murahan di obralan bisa jadi berlian jika diberikan dengan ketulusan dan perhatian. Hadiahkan apa yang ia butuhkan bukan apa yang dipaksakan. Ia akan melupakan hal-hal lain dan akan lebih memperhatikan kebutuhan sang suami, jika kebutuhannya pun diperhatikan. Istri terutama jika ia telah menjadi ibu selalu memikirkan anak, anak, anak dan suami terlebih dahulu. Keinginannya selalu menjadi yang terakhir di dalam pikiran setiap ibu. Jadi kumohon para suami, hormatilah keinginan istri dan percayalah jika kau memilihnya karena ia orang yang baik maka ia akan bisa kembali menjadi sosok saat pertamakali bertemu, asalkan setiap suami juga kembali seperti saat menikah dulu yang memperhatikan dirinya, memperhatikan keinginannya….
Semoga Allah S.W.T membuka pintu-pintu hati yang tertutup dan menjadikan keluarga-keluarga kita menjadi keluarga sakinah mawaddah warohmah.

Sumber

Kisah Inspirasi Untuk Para Istri Dan Suami

Cerita Cerita Inspiratif Dan Motivasi
Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :
Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.
Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.
Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,  ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.
Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.
Saat  pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.
Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya  dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.
Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!
Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Sumber

◄ New Post Old Post ►
 

Copyright 2012 Motivasi dan Inspirasi: 2011 Template by Bamz | Publish on Bamz Templates