"Kerepek pisang... kerepek pisang!" begitulah teriakannya. Satu hal yang saya lihat, bapak tua itu tak pernah berhenti meneriakan kerepek pisangnya. Semangat untuk terus bertahan hidup, sepertinya tak pernah padam. Suatu hari, selepas pulang kerja , saya mencoba mendekatinya dan ia seperti sudah tahu kedatangan saya. Ia lalu menawarkan kerepek pisangnya. Setelah memberikan uang, saya katakan kerepeknya tidak usah. Setelah itu, saya meninggalkannya.
Esok harinya, saya melewati jalan yang sama selepas pulang kantor, dan saya masih mendapatkan bapak tua itu berdiri dengan setia di situ. Tidak beberapa jauh dari tempatnya saya melihat ia tersenyum, seakan menyambut kedatangan saya. Dengan suara yang khas, "kerepek pisang... kerepek pisang!". Saya mendekatinya dan ia berkata, "adik yang kemarin sore itu ya?". Saya kaget dengan ucapannya. Bagaimana mungkin ia bisa tahu dengan keadaan fisiknya yang seperti itu? Akhirnya saya memberanikan diri mengajaknya bercerita. Bapak tua itu sejak kecil sudah di lahirkan dengan keadaan buta total. Ia berkata pada saya, entah sudah berapa lama ia menjadi penjual kerepek pisang. Sejak ia menikah, istrinya juga sakit-sakitan. Akhirnya ia memutuskan berjualan kerepek pisang untuk membiayai kehidupan hidup keluarganya. Istrinya dengan setia membuat kerepek pisang dan ia sejak jam 6 pagi sudah berdiri di situ sampai jam 7 malam. Posisi berjualan pun tidak pernah berubah. Hujan, panas atau dalam keadaan apapun, ia tetap setia berdiri di situ.
Pengalaman di usir oleh petugas Satpol PP sudah terlalu sering ia alami. Mungkin karena kasihan dengan keadaanya, petugas akhirnya membiarkan ia tetap berjualan di situ. Dalam perbincangannya dengan saya, ia katakan bahwa menjalani hidup dengan keadaan seperti ini tidak pernah ia sesali. Ia marah kalau ada orang melihat dia hanya karena kasihan. Ia mau menunjukan pada dunia bahwa keterbatasan fisik seperti ini, bukan penghalang untuk terus bertahan hidup. Kata –kata yang paling menyentuh hati saya dari bapak tua itu "Tuhan mengijinkan saya hidup dan saya bersyukur untuk itu!" Pertemuan saya dengan bapak tua itu akhirnya menjadi pengisi hidup saya sehari-hari. Hampir setiap hari sepulang kerja, saya selalu menyempatkan diri membeli kerepek pisangnya. Trima kasih karena sudah menyadarkan saya, bahwa mensyukuri hidup yang Tuhan sudah berikan secara cuma-cuma, jauh lebih berharga dari harta apapun di dunia ini.
Seringkali, perjuangan adalah sesuatu yang kita butuhkan dalam hidup ini. Jika Tuhan memperbolehkan hidup kita lalui tanpa cobaan, hal ini akan membuat kita lemah. Kita tidak akan sekuat seperti apa yang kita harapkan.
Kita meminta kekuatan... dan Tuhan memberi kita kesulitan untuk kita hadapi dan membuat hidup kita menjadi kuat.
Kita meminta kebijksanaan... dan Tuhan memberi kita masalah-masalah yang harus kita pecahkan
Kita meminta kemakmuran... dan Tuhan memberi otak dan kekuatan untuk bekerja
Kita meminta keberanian... dan Tuhan memberikan rintangan untuk kita hadapai
Kita meminta cinta... dan Tuhan memberikan orang-orang yang dalam kesulitan untuk kita bantu
Kita meminta pertolongan... dan Tuhan memberikan kita kesempatan
"Kita tidak menerima apa yang kita inginkan..., tapi kita menerima apa yang kita butuhkan"
0 komentar:
Posting Komentar